Jumat, 28 Desember 2012

Milkuat Botol Tiger Membantu Mengatasi Kekurangan Zat Besi Dan Zat Seng Pada Anak Sekolah Dasar Di Indonesia

 Sebagai seorang guru Sekolah Dasar, saya sangat prihatin dengan kurangnya asupan gizi pada anak sekolah dasar di beberapa wilayah di Indonesia, padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya anak memiliki pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan intelektual yang lebih baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, aktif dan kreatif. Pada dasarnya asupan gizi yang diterima pada anak-anak sekolah dasar masih kurang memenuhi asupan gizi yang baik untuk perkembangan tubuh dan intelektualitas yang tinggi.
Kasus rendahnya asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia merupakan permasalahan yang sangat serius. Jika tidak ditanggapi dengan serius oleh pemerintah maka akan menimbulkan dampak-dampak yang semakin memperburuk status gizi dan status kesehatan anak-anak sekolah dasar. Anak-anak sekolah dasar memiliki pertumbuhan yang relatif stabil jika dibandingkan dengan usia bayi, pra-sekolah dan remaja. Pada masa ini terjadi proses kematangan, pertambahan fungsi kognitif dan sosial emosional. Oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah, masyarakat terutama keluarga untuk dapat memberikan asupan gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan anak.
Hasil penelitian Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terhadap 661 anak di lima sekolah dasar negeri di Jakarta Timur menunjukkan 85% anak kekurangan zat besi. Asupan zat gizi anak tersebut kurang dari 80% dari rekomendasi asupan harian, sementara 98,6% anak diketahui mendapatkan asupan zat seng kurang dari 80% dari rekomendasi asupan harian.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan sebagian besar anak-anak usia sekolah dasar di Indonesia kurang mendapatkan asupan makanan yang mengandung zat besi sesuai kebutuhan. Kekurangan zat besi (anemia) pada anak dipicu oleh berkurangnya produksi sel darah merah, hilangnya sel darah merah dan penghancuran sel darah merah (hemolisis). Anak yang mengalami kekurangan atau anemia zat besi bisa menyebabkan gangguan otak yang berdampak pada kecerdasan anak khususnya kemampuan kognitif-nya.



Tidak hanya berkait dengan kecerdasan, anak yang mengalami kekurangan zat besi cenderung mengalami gangguan dalam tumbuh kembangnya, penurunan fungsi otot, penurunan aktivitas fisik dan penurunan daya tahan tubuh sehingga meningkatkan resiko infeksi.
Pada usia pertumbuhan antara 6 hingga 12 tahun, anak harus dibiasakan mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang karena kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan fisik anak akan terhambat, daya tahan tubuh lemah dan kemampuan otak lemah. Zat besi dibutuhkan anak untuk pembentukan sel darah merah yang membantu mengikat oksigen ke otak dan membantu memproduksi energi dalam tubuh. Zat besi juga membantu proses metabolisme energi dalam tubuh. 
Anak-anak dengan jumlah konsumsi zat besi di bawah kebutuhan cenderung mengalami anemia, yang dapat mengakibatkan sulit konsentrasi, mudah lelah dan tampak lesu, sedangkan anak-anak yang kekurangan zat seng dapat menderita gangguan dalam pertumbuhan. Zat besi dibutuhkan anak untuk pembentukan sel darah merah. Zat besi membantu membawa oksigen ke dalam otak dan membantu memproduksi energi dalam tubuh.
Kekurangan zat besi mempunyai dampak yang besar terhadap tumbuh kembang anak. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anak menderita kebodohan yang menetap dan gangguan perilaku (anak mudah marah, mudah tersinggung dan sulit diatur). Anak tampak pucat (anemia) merupakan salah satu gejala dari kekurangan zat besi yang dapat dilihat. Tetapi, bila menemukan anak yang diduga mengalami kekurangan zat gizi besi sudah menderita anemia, maka artinya anak tersebut sudah mengalami kekurangan zat besi yang lama. Sehingga, proses berpikir dan daya konsentrasi anak sudah terganggu. Pada kenyataannya, 4 dari tiap 10 anak di Indonesia menderita anemia yang sangat mungkin disebabkan oleh karena kekurangan zat besi.
Kenyataan status gizi anak-anak sekolah dasar yang memprihatinkan ini terungkap berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 440 siswa Sekolah Dasar berusia 7 sampai 9 tahun di Jakarta dan Solo, dari penelitian terhadap 220 anak sekolah di lima SD di Jakarta, asupan kalori anak-anak umumnya di bawah 100 persen dari kebutuhan mereka. Dari total anak yang diteliti, sebanyak 94,5 persen anak mengkonsumi kalori di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Dietary Allowances/RWA), yakni di bawah 1.800 kcal.
Dalam kaitannya dengan kesehatan, dari anak yang diteliti, 40 persen anak sering menderita infeksi tenggorokan, memiliki berat badan yang kurang sebanyak  56,4 persen, bertubuh pendek sebanyak 35 persen, bertubuh kurus 29,5 persen, dan CED 62,7 persen. Ada sebanyak 7,3 persen anak yang terindikasi gizi buruk. Tetapi yang mengejutkan, sebanyak 220 anak dari 10 SD yang diteliti semuanya menderita defisiensi zat seng. Padahal, zat seng  merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang mengkatalisasi fungsi biologis yang penting. Seng juga dibutuhkan untuk memfasilitasi sintesis DNA dan RNA (metabolisme protein).
Dari penelitian ini juga terungkap jika anak-anak itu jarang sarapan pagi di rumah. Mereka mengandalkan jajan di sekolah yang kondisi keamanan dan kesehatannya belum terjamin untuk kebutuhan gizi dan energi selama beraktivitas.
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak senang, mau bermain, berlari, berteriak, meloncat, memanjat, tidak berdiam diri saja. Anak yang sehat terlihat berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di sekelilingnya. Jika ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah.



Anak yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak berkomunikasi dengan teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak yang banyak bergaul, ia banyak pengetahuan dan pengalaman. 



Anak tidak mudah puas atas sesuatu yang kurang dipahami dan ingin mendapatkan contoh. Anak yang sehat membutuhkan asupan gizi yang baik agar status gizinya baik, yaitu tidak kurang dan tidak lebih.



Zat besi merupakan salah satu nutrien mikro yang sangat diperlukan bayi dan anak untuk tumbuh kembang optimal. Kekurangan zat besi merupakan masalah kesehatan global yang terjadi di seluruh dunia. Sekitar 25% populasi dunia mengalami masalah nutrisi ini dimana kelompok populasi terbanyak kekurangan zat besi adalah bayi, anak balita, anak usia sekolah, remaja putri dan wanita hamil. Kekurangan zat besi yang berlanjut dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi. Prevalensi anemia defisiensi besi pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%, sehingga kelompok usia ini menjadi prioritas pencegahan kekurangan zat besi.
Zat besi yang ditemukan pada anak usia sekolah ternyata masih kurang dari 100% kebutuhan tubuh, yaitu 91,8%. Defisiensi zat besi akan mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin. Apabila fungsi hemoglobin terganggu maka transportasi O2 keseluruh tubuh yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh akan terganggu. Pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Ketika mereka mengalami defisiensi hemoglobin pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun.


Zat besi sangat esensial untuk kemampuan intelektual dan kesehatan anak karena merupakan unsur utama pembentuk hemoglobin dalam sel darah merah. Hemoglobin mengangkut oksigen dalam sirkulasi darah ke sistem tubuh dan otak. Kalau suplai oksigen ke otak kurang maka akan mempengaruhi kinerja/kesehatan otak dan tubuh.
Kalau kurang zat besi anak menjadi pucat, lesu, kurang bermain susah tidur serta daya tahan tubuhnya bisa menurun. Zat besi yang diperlukan tubuh hanya 1-2 mg per hari namun karena penyerapan dari bahan makanan hanya 10 % maka asupan yang diperlukan 1-20 mg/hari. Bila dari bayi sampai usia 1 tahun anak kekurangan zat besi dalam jangka waktu lama, maka akan mengurangi kemampuan kognisi (pemahaman akademik) pada anak. 

Asupan gizi yang baik sangat dibutuhkan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) karena mereka memerlukan energi dan kalori yang cukup besar untuk beraktifitas selama di sekolah. 


Mereka memerlukan karbohidrat,  protein, lemak, vitamin-vitamin, zat besi, zat seng dan mineral-menaral lain yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan. Sarapan pagi dengan asupan gizi yang baik sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kalori.
Pada anak usia sekolah, faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan pola makan mereka adalah faktor di luar rumah yaitu lingkungan masyarakat dan teman sekolah. Lingkungan masyarakat yang memiliki kebiasaan buruk dalam hal mengkonsumsi makanan atau jajanan akan ditiru oleh anak pada usia ini. Ketika teman di sekitar rumahnya atau teman sekolahnya sering mengkonsumsi suatu makanan atau jajanan maka  anak akan mengikuti makanan atau jajanan yang dipilih oleh teman-teman di sekitarnya. Dampak yang dikhawatirkan adalah ketika temannya memilih makanan yang buruk atau rendah asupan gizinya. 


Selain itu, buruknya status gizi anak sekolah semakin memperburuk kondisi bangsa Indonesia karena generasi penerusnya tidak produktif. Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik akan memberikan banyak perubahan. Orang tua saat ini terlalu membiarkan anaknya mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah. Membiasakan anak untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemungkinan anak membeli makanan di luar rumah.


Kekurangan (defisiensi) zat gizi mikro, baik vitamin maupun mineral, masih menjadi persoalan kesehatan anak-anak Indonesia. Salah satu zat mikro yang masih perlu mendapat perhatian adalah seng atau seng.  Mineral ini memiliki peran yang sangat penting bagi metabolisme dan tumbuh kembang anak. Kecukupan seng pada anak-anak Indonesia masih perlu ditingkatkan demi peningkatan kualitas gizi masyarakat khususnya anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
Seng merupakan zat gizi mikro jenis mineral yang hanya sedikit diperlukan tubuh, namun sangat vital untuk tumbuh kembang. Seng pertama kali ditemukan oleh Todd pada tahun 1934 sebagai zat gizi mikro yang penting bagi pertumbuhan tikus. Namun pentingnya bagi kesehatan manusia baru dibuktikan pada tahun 1958 oleh Prasad dkk. Kekurangan seng pada manusia pertama kali dilaporkan oleh peneliti di Timur Tengah pada tahun 1960-an yang ditengarai dapat menghambat pertumbuhan pada anak dan remaja. perhatian pada seng bertambah karena tingginya prevalensi seng yang cukup tinggi di negara-negara berkembang serta keterkaitan kekurangan seng dengan penyakit infeksi.
Selain itu, seng juga memiliki fungsi regulasi, di mana ‘seng finger protein’ meregulasi ekspresi gen dengan bertindak sebagai faktor transkripsi (berikatan dengan DNA dan mempengaruhi transkripsi gen spesifik).  Mineral ini juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh, mempengaruhi pelepasan hormon serta transmisi impuls syaraf.
Defisiensi zat gizi mikro apabila tidak diatasi sejak dini akan berdampak buruk dalam jangka panjang, dan menghambat tumbuh kembang anak. Zat gizi mikro memiliki peran penting membantu pertumbuhan, pencernaan dan metabolisme, pembentukan imunitas, tekanan darah dan cairan tubuh serta pengendalian syaraf.
Seng terbukti sangat penting untuk daya tahan tubuh, tetapi banyak anak-anak yang ternyata kekurangan mineral ini. Di Indonesia merupakan negara beresiko tinggi kekurangan asupan seng karena pada umumnya mereka hanya mengkonsumsi 50% dari angka kecukupan gizi.
Seng adalah mineral penting yang ikut membentuk lebih dari 300 enzim dan protein. Seng terlibat dalam pembelahan sel, metabolisme asam nukleat, dan pembuatan protein. Seng juga sebagai antioksidan kuat yang mampu mencegah kerusakan sel dan menstabilkan struktur dinding sel. Seng juga berperan dalam proses penyembuhan luka dengan cara merangsang pembentukan dan pemindahan sel kulit di daerah luka.
Kekurangan seng ringan dapat menimbulkan kurangnya nafsu makan yang pasti disertai dengan penurunan berat badan, demikian juga bisa menyebabkan rabun senja dan mudah terinfeksi. Indra pengecapan dan penciuman juga bisa tergangu karena sel-sel perasa rusak akibat berkurangnya enzim carbonic anhyfrase. Enzim tersebut hanya bisa terbentuk bila adanya seng.
Kekurangan seng sedang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kekurangan hormon kesuburan (hipogonadisme), dan melambatnya penyembuhan luka. Efek yang lebih berat adalah timbulnya gejala kerdil, anak sering sakit karena berkurangnya sel darah putih, kelenjar timusnya mengecil, botak, kelainan kulit dan pencernaan, diare, dan juga gangguan emosi. Laporan terakhir menunjukan bahwa kekurangan seng bisa menyebabkan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Saat ini seng juga dihubungkan dengan pengobatan AIDS, kanker mulut rahim dan prostat serta terjadinya atherosklerosis.
Selain terdapat dalam bahan pangan alami, asupan mineral seng juga dapat diperoleh melalui konsumsi pangan tambahan yang telah difortifikasi dengan tambahan zat gizi mikro serta beberapa produk makanan pelengkap untuk anak seperti susu pertumbuhan. 


Dengan minum susu 2-3 gelas setiap hari dapat memenuhi sekitar 20-40% kebutuhan zat besi, sisanya bisa didapat dari konsumsi menu sehari-hari. 


Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan makanan yang bergizi dan mengajarkan anak untuk mengonsumsi atau memilih makanan yang bergizi. Pendekatan yang baik dengan anak dan komunikasi atau cara penyampain pendidikan dasar mengenai makanan yang bergizi dapat membuat anak lebih berhati-hati dalam memilih makanan atau jajanan. Perhatian dari kedua orang tua sangat diperlukan terutama pada jajanan dan makanan kesukaannya. Makanan yang diberikan saat dirumah hendaknya memperhatikan nilai gizi dengan menyesuaikan kondisi social ekonomi keluarga.
Peran saya sebagai guru di sekolah dasar berusaha untuk memberikan pendidikan dasar dan pengawasan secara aktif mengenai makanan atau jajanan yang baik dikonsumsi dan tidak baik untuk dikonsumsi. Perlu pengawasan di sekitar lingkungan sekolah akan jajanan yang bergizi dan tidak bergizi dan melarang pedagang di sekitar sekolah menjual makanan yang tidak bergizi. Perlu penanganan secara khusus dari pemerintah untuk menangani permasalahan ini. Sosialisasi mengenai asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak sekolah dasar dapat dilakukan sebagai upaya promotif untuk meningkatkan status gizi anak sekolah dasar.
Untuk memenuhi kebutuhan mineral tersebut, Milkuat Botol Tiger yang dilengkapi dengan zat besi dan seng sebagai solusi membantu usaha mengatasi kekurangan zat besi dan seng yang dialami banyak anak Indonesia



Dilengkapi dengan zat besi dan seng, Milkuat Botol Tiger membantu usaha mengatasi kekurangan zat besi dan seng yang dialami banyak anak Indonesia. Menyesuaikan selera anak-anak, Milkuat Botol Tiger terdiri dari rasa cokelat dan stroberi yang lezat dalam kemasan botol unik yang berbentuk macan.




Milkuat Botol Tiger menyediakan 15% dari jumlah asupan harian zat besi dan seng yang direkomendasikan, kedua mineral ini bersama dengan vitamin dan mineral lainnya wajib dipenuhi dalam asupan gizi anak sehari-hari. Selain zat besi dan seng, beberapa nutrisi penting yang diperlukan untuk asupan gizi anak seperti kalsium, vitamin A, D, B1, B2, B3, B5, B6, B9, B12, fosfor dan protein bisa ditemukan di dalam susu Milkuat Botol Tiger

Zat besi (Fe) merupakan salah satu mineral penting yang sangat diperlukan tubuh bahkan sejak seseorang masih ada di dalam kandungan. Zat besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah (disebut Hemoglobin). Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan Hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak. Hemoglobin mengangkut oksigen dari paru-paru dan dibawa ke sel-sel yang membutuhkannya untuk proses metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi. Selain itu, zat besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi. Fungsi penting zat besi lainnya adalah berperan dalam perkembangan sistem saraf, yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf.
Pada anak-anak, zat besi akan menjamin asupan oksigen ke darah yang juga akan memastikan anak selalu berenergi dan penuh konsentrasi.



Zat besi juga sangat penting untuk pertumbuhan otot dan organ tubuh lainnya, baik langsung maupun bersama dengan asupan penting lainnya sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampun beraktivitas. Dengan demikian, pertumbuhan anak pun akan lebih terjamin sehingga ia akan menjadi anak yang aktif di setiap perkembangannya.



Terima kasih Milkuat Botol Tiget telah memenuhi kebutuhan zat besi dan seng pada anak di Indonesia.
















3 komentar:

  1. Terima Kasih sudah berpartisipasi di lomba blog tigermilkuat tahap ke 2 (10 nominator) ... tapi masih ada yang kurang yaitu tolong cantumkan di blog anda screen shoot twitt bukti follow @VIVA_log @milkuat
    dan screen shoot bukti bahwa postingan anda telah di twitt di twitter pribadi anda.

    Terima kasih,
    VIVAlog
    eko.nugroho@viva.co.id

    BalasHapus
  2. oke terima kasih, sudah dicantumkan yah bukti screen shootnya :)

    BalasHapus
  3. APA MILKUAT INI BOLEH UNTUK BAYI USIA 14 BULAN

    BalasHapus