Sebagai seorang guru Sekolah Dasar, saya sangat prihatin
dengan kurangnya asupan gizi pada anak sekolah dasar di beberapa
wilayah di Indonesia, padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan
supaya anak
memiliki pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan intelektual yang lebih baik
sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, aktif dan kreatif. Pada
dasarnya asupan gizi yang diterima pada anak-anak sekolah dasar masih kurang
memenuhi asupan gizi yang baik untuk perkembangan tubuh dan intelektualitas
yang tinggi.
Kasus
rendahnya asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia
merupakan permasalahan yang sangat serius. Jika tidak ditanggapi dengan serius
oleh pemerintah maka akan menimbulkan dampak-dampak yang semakin memperburuk
status gizi dan status kesehatan anak-anak sekolah dasar. Anak-anak sekolah
dasar memiliki pertumbuhan yang relatif stabil jika dibandingkan dengan usia
bayi, pra-sekolah dan remaja. Pada masa ini terjadi proses kematangan,
pertambahan fungsi kognitif dan sosial emosional. Oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah,
masyarakat terutama keluarga untuk dapat memberikan asupan gizi yang cukup untuk
perkembangan
dan pertumbuhan anak.
Hasil
penelitian Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terhadap
661 anak di lima sekolah dasar negeri di Jakarta Timur menunjukkan 85% anak
kekurangan zat besi. Asupan zat gizi anak
tersebut kurang dari 80% dari rekomendasi asupan harian, sementara 98,6% anak
diketahui mendapatkan asupan zat seng kurang dari 80% dari rekomendasi asupan
harian.
Hasil
penelitian tersebut menunjukkan
sebagian besar anak-anak usia sekolah dasar di Indonesia kurang mendapatkan
asupan makanan yang mengandung zat besi sesuai kebutuhan. Kekurangan zat besi
(anemia) pada anak dipicu oleh berkurangnya produksi sel darah merah, hilangnya
sel darah merah dan penghancuran sel darah merah (hemolisis). Anak yang mengalami kekurangan atau
anemia zat besi bisa menyebabkan gangguan otak yang berdampak pada kecerdasan
anak khususnya kemampuan kognitif-nya.
Tidak hanya berkait dengan kecerdasan, anak
yang mengalami kekurangan zat besi cenderung mengalami gangguan dalam tumbuh
kembangnya, penurunan fungsi otot, penurunan aktivitas fisik dan penurunan daya
tahan tubuh sehingga meningkatkan resiko infeksi.
Pada usia pertumbuhan antara 6 hingga 12 tahun,
anak harus dibiasakan mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang karena
kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan fisik anak akan terhambat, daya tahan
tubuh lemah dan kemampuan otak lemah. Zat besi
dibutuhkan anak untuk pembentukan sel darah merah yang membantu mengikat
oksigen ke otak dan membantu memproduksi energi dalam tubuh. Zat besi juga
membantu proses metabolisme energi dalam tubuh.
Anak-anak
dengan jumlah konsumsi zat besi di bawah kebutuhan cenderung mengalami anemia,
yang dapat mengakibatkan sulit konsentrasi, mudah lelah dan tampak lesu, sedangkan
anak-anak yang kekurangan zat seng dapat menderita gangguan dalam pertumbuhan. Zat besi
dibutuhkan anak untuk pembentukan sel darah merah. Zat besi membantu membawa
oksigen ke dalam otak dan membantu memproduksi energi dalam tubuh.
Kekurangan zat
besi mempunyai dampak yang besar terhadap tumbuh kembang anak. Kekurangan zat
besi dapat menimbulkan anak menderita kebodohan yang menetap dan gangguan
perilaku (anak mudah marah, mudah tersinggung dan sulit diatur). Anak tampak
pucat (anemia) merupakan salah satu gejala dari kekurangan zat besi yang dapat
dilihat. Tetapi, bila menemukan anak yang diduga mengalami kekurangan zat gizi besi sudah menderita
anemia, maka artinya anak tersebut sudah mengalami kekurangan zat besi yang
lama. Sehingga, proses berpikir dan daya konsentrasi anak sudah terganggu. Pada
kenyataannya, 4 dari tiap 10 anak di Indonesia menderita anemia yang sangat
mungkin disebabkan oleh karena kekurangan zat besi.
Kenyataan
status gizi anak-anak sekolah dasar yang memprihatinkan ini terungkap
berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 440 siswa Sekolah
Dasar berusia 7 sampai 9 tahun di Jakarta dan Solo, dari penelitian terhadap 220 anak sekolah di
lima SD di Jakarta, asupan kalori anak-anak umumnya di bawah 100 persen dari kebutuhan
mereka. Dari total anak yang diteliti, sebanyak 94,5 persen anak mengkonsumi
kalori di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Dietary
Allowances/RWA), yakni di bawah 1.800 kcal.
Dalam
kaitannya dengan kesehatan, dari anak yang diteliti, 40 persen anak sering
menderita infeksi tenggorokan, memiliki berat badan yang kurang sebanyak
56,4 persen, bertubuh pendek sebanyak 35 persen, bertubuh kurus 29,5 persen,
dan CED 62,7 persen. Ada sebanyak 7,3 persen anak yang terindikasi gizi buruk. Tetapi yang mengejutkan,
sebanyak 220 anak dari 10 SD yang diteliti semuanya menderita defisiensi zat
seng. Padahal, zat seng merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang
mengkatalisasi fungsi biologis yang penting. Seng juga dibutuhkan untuk
memfasilitasi sintesis DNA dan RNA (metabolisme protein).
Dari
penelitian ini juga terungkap jika anak-anak itu jarang sarapan pagi di rumah.
Mereka mengandalkan jajan di sekolah yang kondisi keamanan dan kesehatannya belum terjamin untuk
kebutuhan gizi dan energi selama beraktivitas.
Anak
yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar,
yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan
sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak
senang, mau bermain, berlari, berteriak,
meloncat, memanjat, tidak berdiam diri saja. Anak yang sehat terlihat
berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di
sekelilingnya. Jika ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga
pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah.
Anak
yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak berkomunikasi
dengan teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak yang
banyak bergaul, ia banyak pengetahuan dan pengalaman.
Anak
tidak mudah puas atas sesuatu yang kurang dipahami dan ingin mendapatkan
contoh. Anak yang sehat membutuhkan asupan gizi yang baik agar status gizinya
baik, yaitu tidak kurang dan tidak lebih.
Zat besi merupakan
salah satu nutrien mikro yang sangat diperlukan bayi dan anak untuk tumbuh
kembang optimal. Kekurangan zat besi merupakan masalah kesehatan global yang
terjadi di seluruh dunia. Sekitar 25% populasi dunia mengalami masalah nutrisi
ini dimana kelompok populasi terbanyak kekurangan zat besi adalah bayi, anak
balita, anak usia sekolah, remaja putri dan wanita hamil. Kekurangan zat besi
yang berlanjut dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi.
Prevalensi anemia defisiensi besi pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%,
sehingga kelompok usia ini menjadi prioritas pencegahan kekurangan zat besi.
Zat besi yang
ditemukan pada anak usia sekolah ternyata masih kurang dari 100% kebutuhan
tubuh, yaitu 91,8%. Defisiensi zat besi akan mengakibatkan gangguan fungsi
hemoglobin. Apabila fungsi hemoglobin terganggu maka transportasi O2 keseluruh
tubuh yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh akan terganggu. Pada
anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan
kesanggupan anak untuk belajar. Ketika mereka mengalami defisiensi hemoglobin
pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun.
Zat besi sangat
esensial untuk kemampuan intelektual dan kesehatan anak karena merupakan unsur
utama pembentuk hemoglobin dalam sel darah merah. Hemoglobin mengangkut oksigen
dalam sirkulasi darah ke sistem tubuh dan otak. Kalau suplai oksigen ke otak
kurang maka akan mempengaruhi kinerja/kesehatan otak dan tubuh.
Kalau
kurang zat besi anak menjadi pucat, lesu, kurang bermain susah tidur serta daya
tahan tubuhnya bisa menurun. Zat besi yang diperlukan tubuh hanya 1-2 mg per
hari namun karena penyerapan dari bahan makanan hanya 10 % maka asupan yang
diperlukan 1-20 mg/hari. Bila dari bayi sampai usia 1 tahun anak kekurangan zat
besi dalam jangka waktu lama, maka akan mengurangi kemampuan kognisi (pemahaman
akademik) pada anak.
Asupan
gizi yang baik sangat dibutuhkan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) karena
mereka memerlukan energi dan kalori yang cukup besar untuk beraktifitas selama
di sekolah.
Mereka memerlukan karbohidrat, protein, lemak, vitamin-vitamin, zat besi, zat seng dan mineral-menaral lain yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan. Sarapan pagi dengan asupan gizi yang baik sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kalori.
Pada
anak usia sekolah, faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan pola makan
mereka adalah faktor di luar rumah yaitu lingkungan masyarakat dan teman
sekolah. Lingkungan masyarakat yang memiliki kebiasaan buruk dalam hal
mengkonsumsi makanan atau jajanan akan ditiru oleh anak pada usia ini. Ketika
teman di sekitar rumahnya atau teman sekolahnya sering mengkonsumsi suatu
makanan atau jajanan maka anak akan mengikuti makanan atau jajanan yang
dipilih oleh teman-teman di sekitarnya. Dampak yang dikhawatirkan adalah ketika
temannya memilih makanan yang buruk atau rendah asupan gizinya.
Selain itu, buruknya status gizi anak sekolah semakin memperburuk kondisi bangsa Indonesia karena generasi penerusnya tidak produktif. Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik akan memberikan banyak perubahan. Orang tua saat ini terlalu membiarkan anaknya mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah. Membiasakan anak untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemungkinan anak membeli makanan di luar rumah.
Kekurangan (defisiensi) zat gizi mikro, baik vitamin maupun mineral, masih menjadi persoalan kesehatan anak-anak Indonesia. Salah satu zat mikro yang masih perlu mendapat perhatian adalah seng atau seng. Mineral ini memiliki peran yang sangat penting bagi metabolisme dan tumbuh kembang anak. Kecukupan seng pada anak-anak Indonesia masih perlu ditingkatkan demi peningkatan kualitas gizi masyarakat khususnya anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
Seng merupakan zat gizi mikro jenis mineral yang
hanya sedikit diperlukan tubuh, namun sangat vital untuk tumbuh kembang. Seng pertama kali ditemukan oleh Todd pada tahun
1934 sebagai zat gizi mikro yang penting bagi pertumbuhan tikus. Namun
pentingnya bagi kesehatan manusia baru dibuktikan pada tahun 1958 oleh Prasad
dkk. Kekurangan seng pada manusia pertama kali dilaporkan oleh peneliti di
Timur Tengah pada tahun 1960-an yang ditengarai dapat menghambat pertumbuhan
pada anak dan remaja. perhatian
pada seng bertambah karena tingginya prevalensi seng yang cukup tinggi di
negara-negara berkembang serta keterkaitan kekurangan seng dengan penyakit
infeksi.
Selain itu, seng juga
memiliki fungsi regulasi, di mana ‘seng finger protein’ meregulasi ekspresi gen
dengan bertindak sebagai faktor transkripsi (berikatan dengan DNA dan
mempengaruhi transkripsi gen spesifik). Mineral ini juga berperan dalam
sistem kekebalan tubuh, mempengaruhi pelepasan hormon serta transmisi impuls
syaraf.
Defisiensi zat gizi mikro apabila tidak diatasi sejak dini akan berdampak
buruk dalam jangka panjang, dan menghambat tumbuh kembang anak. Zat gizi mikro memiliki
peran penting membantu pertumbuhan, pencernaan dan metabolisme, pembentukan
imunitas, tekanan darah dan cairan tubuh serta pengendalian syaraf.
Seng terbukti sangat penting untuk daya tahan
tubuh, tetapi banyak anak-anak yang ternyata kekurangan mineral ini. Di
Indonesia merupakan negara beresiko tinggi kekurangan asupan seng karena pada
umumnya mereka hanya mengkonsumsi 50% dari angka kecukupan gizi.
Seng
adalah mineral penting yang ikut membentuk lebih dari 300 enzim dan protein. Seng
terlibat dalam pembelahan sel, metabolisme asam nukleat, dan pembuatan protein.
Seng juga sebagai antioksidan kuat yang mampu mencegah kerusakan sel dan
menstabilkan struktur dinding sel. Seng juga berperan dalam proses penyembuhan
luka dengan cara merangsang pembentukan dan pemindahan sel kulit di daerah
luka.
Kekurangan
seng ringan dapat menimbulkan kurangnya nafsu makan yang pasti disertai dengan
penurunan berat badan, demikian juga bisa menyebabkan rabun senja dan mudah
terinfeksi. Indra pengecapan dan penciuman juga bisa tergangu karena sel-sel
perasa rusak akibat berkurangnya enzim carbonic anhyfrase. Enzim tersebut hanya
bisa terbentuk bila adanya seng.
Kekurangan seng
sedang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kekurangan hormon kesuburan
(hipogonadisme), dan melambatnya penyembuhan luka. Efek yang lebih berat adalah
timbulnya gejala kerdil, anak sering sakit karena berkurangnya sel darah putih,
kelenjar timusnya mengecil, botak, kelainan kulit dan pencernaan, diare, dan
juga gangguan emosi. Laporan terakhir menunjukan bahwa kekurangan seng bisa
menyebabkan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Saat ini seng juga
dihubungkan dengan pengobatan AIDS, kanker mulut rahim dan prostat serta
terjadinya atherosklerosis.
Selain
terdapat dalam bahan pangan alami, asupan mineral seng juga dapat diperoleh
melalui konsumsi pangan tambahan yang telah difortifikasi dengan tambahan zat
gizi mikro serta beberapa produk makanan pelengkap untuk anak seperti susu
pertumbuhan.
Dengan minum susu 2-3 gelas setiap hari dapat memenuhi sekitar 20-40% kebutuhan zat besi, sisanya bisa didapat dari konsumsi menu sehari-hari.
Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan makanan yang bergizi dan mengajarkan anak untuk mengonsumsi atau memilih makanan yang bergizi. Pendekatan yang baik dengan anak dan komunikasi atau cara penyampain pendidikan dasar mengenai makanan yang bergizi dapat membuat anak lebih berhati-hati dalam memilih makanan atau jajanan. Perhatian dari kedua orang tua sangat diperlukan terutama pada jajanan dan makanan kesukaannya. Makanan yang diberikan saat dirumah hendaknya memperhatikan nilai gizi dengan menyesuaikan kondisi social ekonomi keluarga.
Peran saya sebagai guru di sekolah dasar berusaha untuk
memberikan pendidikan dasar dan pengawasan secara aktif mengenai makanan atau
jajanan yang baik dikonsumsi dan tidak baik untuk dikonsumsi. Perlu pengawasan
di sekitar lingkungan sekolah akan jajanan yang bergizi dan tidak bergizi dan
melarang pedagang di sekitar sekolah menjual makanan yang tidak bergizi. Perlu
penanganan secara khusus dari pemerintah untuk menangani permasalahan ini.
Sosialisasi mengenai asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak sekolah dasar dapat
dilakukan sebagai upaya promotif untuk meningkatkan status gizi anak sekolah
dasar.
Untuk
memenuhi kebutuhan mineral tersebut, Milkuat Botol Tiger yang dilengkapi dengan
zat besi dan seng sebagai solusi membantu usaha mengatasi kekurangan zat besi
dan seng yang dialami banyak anak Indonesia
Dilengkapi dengan zat besi dan seng, Milkuat Botol Tiger membantu usaha mengatasi kekurangan zat besi dan seng yang dialami banyak anak Indonesia. Menyesuaikan selera anak-anak, Milkuat Botol Tiger terdiri dari rasa cokelat dan stroberi yang lezat dalam kemasan botol unik yang berbentuk macan.
Milkuat Botol Tiger menyediakan 15% dari jumlah asupan harian zat besi dan seng yang direkomendasikan, kedua mineral ini bersama dengan vitamin dan mineral lainnya wajib dipenuhi dalam asupan gizi anak sehari-hari. Selain zat besi dan seng, beberapa nutrisi penting yang diperlukan untuk asupan gizi anak seperti kalsium, vitamin A, D, B1, B2, B3, B5, B6, B9, B12, fosfor dan protein bisa ditemukan di dalam susu Milkuat Botol Tiger
Zat besi (Fe)
merupakan salah satu mineral penting yang sangat diperlukan tubuh bahkan sejak
seseorang masih ada di dalam kandungan. Zat besi dengan konsentrasi tinggi
terdapat dalam sel darah merah (disebut Hemoglobin). Zat besi dibutuhkan untuk
pembentukan Hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh,
termasuk otak. Hemoglobin mengangkut oksigen dari paru-paru dan dibawa ke
sel-sel yang membutuhkannya untuk proses metabolisme glukosa, lemak dan protein
menjadi energi. Selain itu, zat besi juga merupakan komponen dari enzim
oksidase pemindah energi. Fungsi penting zat besi lainnya adalah berperan dalam
perkembangan sistem saraf, yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi,
neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf.
Pada anak-anak,
zat besi akan menjamin asupan oksigen ke darah yang juga akan memastikan anak
selalu berenergi dan penuh konsentrasi.
Zat besi juga sangat penting untuk pertumbuhan otot dan organ tubuh lainnya, baik langsung maupun bersama dengan asupan penting lainnya sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampun beraktivitas. Dengan demikian, pertumbuhan anak pun akan lebih terjamin sehingga ia akan menjadi anak yang aktif di setiap perkembangannya.
Terima kasih
Milkuat Botol Tiget telah memenuhi kebutuhan zat besi dan seng pada anak di
Indonesia.
Sumber:
dan berbagai
sumber lainnya yang relevan
Terima Kasih sudah berpartisipasi di lomba blog tigermilkuat tahap ke 2 (10 nominator) ... tapi masih ada yang kurang yaitu tolong cantumkan di blog anda screen shoot twitt bukti follow @VIVA_log @milkuat
BalasHapusdan screen shoot bukti bahwa postingan anda telah di twitt di twitter pribadi anda.
Terima kasih,
VIVAlog
eko.nugroho@viva.co.id
oke terima kasih, sudah dicantumkan yah bukti screen shootnya :)
BalasHapusAPA MILKUAT INI BOLEH UNTUK BAYI USIA 14 BULAN
BalasHapus